Senin, 22 Agustus 2016

Legenda Kota Banyuwangi-Tanah Jawa

www.wisatakan.com

Legenda Kota Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi merupakan bagian paling Timur dari Wilayah Provinsi Jawa Timur. Di sebelah Utara Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan Kabupaten Situbondo. Di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia. Adapun di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso. Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian 0-1000 meter di atas permukaan laut. Luas Kabupaten Banyuwangi sekitar 578.250 ha atau 5.782,50 km2.
travel.detik.com

Terjadinya Kota Banyuwangi
            Di Kerajaan Sindureja, hiduplah seorang Raja Sidareja dan seorang patih yang amat setia. Ia bernama Patih Sidapaksa. Selain setia pada raja, Patih Sidapaksa, ia juga pemberani dan amat terampil memainkan berbagai peralatan perang. Oleh karena itu, Raja Sidareja sangat mempercayai patih tersebut.
            Suatu hari Raja Sidareja sedang bermuram durja. Permaisurinya sedang mengidam daging rusa muda. Ia merasa kebingungan mencari daging rusa muda tersebut. Maka dipanggillah Patih Sidapaksa untuk membantunya mencari daging rusa muda.
            Pagi-pagi benar sebelum matahari terbit, berangkatlah Patih Sidapaksa masuk ke dalam hutan. Ia berangkat sendiri tanpa didampingi seorang pengawal pun. Diawasinya segala gerakan yang terjadi di dalam hutan dengan mata tajam. Tiba-tiba ia melihat sesuatu bergerak di kejauhan. Ia menduga bahwa yang bergerak itu seekor rusa muda. Segera ditariknya busur yang telah siap ditangannya. Dibidiknya benda yang bergerak itu dengan matanya yang telah terlatih untuk membidik musuh. Dalam sekali tarikan, dilepaskannya anak panah, dan “jlep” terdengar suara anak panah menancap.
            Segera dihampirinya sasaran anak panahnya itu. Seketika itu, kecewalah Patih Sidapaksa karena ternyata anak panahnya bukan mengenai rusa.
            “Ah hanya daun paku terkena semilir angin saja yang merasakan panahku. Huh, tak kusangka, mencari rusa muda saja begitu susah! Coba kalau aku pergi ke arah sebaliknya. Sepertinya aku melihat beberapa pondok disana,” kata Patih Sidapaksa.
            Karena merasa jenuh dan kecewa, ia menuju ke sebuah desa terpencil di tengah hutan. Di desa itu sepi, namun bersih. Saat menuju ke desa itu, Patih Sidapaksa tak menyangka ia melihat seorang gadis yang amat cantik. Ia begitu terpesona. Untuk beberapa saat, ia tidak berbuat apa-apa. Ketika sadar, barulah ia mengejarnya.
            “Tuan mencari siapa?” tanya Sri Tanjung.
            “Hah?” ujat Patih Sidapaksa terkejut.
            “Aa.. aaku hanya ingin mencari seekor rusa muda, putri cantik. Tap.. tapi sudah sore begini aku tidak juga bisa menangkap satu pun rusa muda,” kata Patih Sidapaksa.
            “Tuan mencari seekor rusa muda?” tanya Sri Tanjung.
            “Be..benar putri cantik,” jawab Patih Sidapaksa.
            “Namaku Sri Tanjung. Saya anak Ki Buyut Kancur yang tinggal di desa terpencil ini. Hari sudah sore begini, pasti rusa-rusa muda sudah menyelinap masuk ke dalam sarangnya,” kata Sri Tanjung.
            “Namaku Sidapaksa, Sri Tanjung. Kalau begitu, aku akan menginap di hutan ini saja untuk melanjutkan pencarian esok hari,” kata Patih Sidapaksa memperkenalkan dirinya.
            “Oh, ...jangan, jangan. Banyak binatang buas disini. Menginaplah di pondok ayahku. Pondoknya tak jauh dari sini,”kata Sri Tanjung ramah.
            “Oh...terimakasih Sri Tanjung,” jawab Patih Sidapaksa.
Malam itu, Patih Sidapaksa menginap di pondok Ki Buyut Kancur, ayah Sri Tanjung. Tapi, ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Semalaman yang ia pikirkan hanyalah wajah Sri Tanjung. Timbul niatnya untuk memperistri gadis cantik itu.
Pagi harinya, Patih Sidapaksa segera mengutarakan niatnya untuk melamar Sri Tanjung pada Ki Buyut Kancur.
Tanpa disangka-sangka, ternyata Ki Buyut Kancur menerima lamaran Patih Sidapaksa. Pernikahan pun segera dilangsungkan secara sederhana.
Selama beberapa hari menginap di rumah Ki Buyut Kancur, ia tetap menjalankan tugas yang diberikan padanya.
Setiap hari ia mencari rusa muda untuk diambil dagingnya. Akhirnya ia berhasil memanah seekor rusa muda pada saat rusa itu tengah melintas di tempat persembunyian Patih Sidapaksa.
Setelah berhasil memanah rusa tersebut, patih Sidapaksa segera memutuskan kembali ke kerajaan. Tak lupa ia mengajak serta istrinya untuk hidup di kerajaan. Berbekal restu dari Ki Buyut Kancur, mereka berangkat menuju kerajaan untuk memperlihatkan hasil buruan.
Patih Sidapaksa dan Sri Tanjung pun kembali ke Kerajaan Sindureja. Mereka membawa daging rusa muda. Raja Sidareja benar-benar gembira. Namun, begitu melihat kecantikan Sri Tanjung, istri patihnya, muncullah sifat dengkinya. Ia merasa iri akan keberuntungan patihnya yang telah memperoleh seorang istri yang cantik jelita. Timbullah keinginannya untuk merebut istri patinya tersebut.
“Aku benar-benar gembira, patih. Kau benar-benar patihku yang tangguh. Dan kau pun tidak sekedar menuai buruan, istrimu eee... siapa namanya?” kara raja Sidareja.
“Sri Tanjung, Baginda,” jawab Patih Sidapaksa.
“Kau benar-benar beruntung. Istrimu sungguh cantik,” kata Raja Sidareja.
“Terimakasih Baginda...,” jawab Patih Sidapaksa.
“Akan tetapi, Patih. Masih ada satu tugas lagi yang harus kau kerjakan untukku. Kau harus mencari tiga lingkaran emas dan tiga gulung janggut putih. Dua benda ajaib itu amat penting agar kerajaan ini kuat,” kata Raja Sidareja.
“Em.....baiklah Baginda. Hamba akan pergi ke Negeri Indran seorang diri. Hamba titip istri hamba pada Baginda. Tolong jaga istri saya selama saya pergi,” ujar Patih Sidapaksa.
“Ya, patihku. Akan kulaksanakan pesanmu dengan sebaik-baiknya,” janji Raja Sidareja sambil tersenyum licik.
“Baiklah Baginda, hamba mohon pamit,” kata Patih Sidapaksa.
“Ya..,” ujar Raja Sidareja singkat.
Raja Sidareja memang sengaja menugaskan patihnya untuk pergi ke Negeri Indran. Karena negeri itu dikenal sebagai negeri jin yang angker. Bahkan menurut desas-desus, siapapun yang datang ke negeri itu pasti tidak kembali. Hal itu memang siasat agar Raja Sidareja bisa merebut Sri Tanjung, istri Patihny.
Patih Sidapaksa pergi ke Negeri Indran dengan gagah berani. Di dalam dada Patih Sidapaksa sebenarnya ada rasa bangga. Apalagi bila tiga lingkaran emas dan janggut ajaib itu berhasil menyelamatkan kerajaanya.
Akhirnya, pada hari keempat puluh, sampailah ia di Negeri Indran. Ternyata Negeri Indran juah dari bayangan angker. Negeri Indran sangat indah. Raja dan penduduknya sangat ramah. Bahkan Raja Negeri Indran membantu Patih Sidapaksa untuk membawa dua benda ajaib yang menjadi tugasnya. Patih Sidapaksa pun kembali ke kerajaan dengan penuh semangat.
Sesampainya di istana, ia langsung menghadap raja untuk memberitahukan keberhasilannya. Rakyat Sidareja yang mendengar keberhasilan Patih Sidapaksa bersorak-sorai dan menyambut kedatangan patih di gerbang kotaraja. Akan tetapi, tidak semua warga Sidareja gembira. Raja Sidareja tidak senang melihat patihnya berhasil.
“Ugh..! bagaimana bisa patihku berhasil? Negeri Indran itu kan sangat angker. Kalau begini, Sri Tanjung, tidak bisa kurebut,” kata Raja Sidareja.
Raja yang licik itu tidak kehilangan akal. Ia pun memfitnah bahwa Sri Tanjung telah merayunya untuk mendapatkan hartanya. Dan gawatnya Patih Sidapaksa benar-benar mempercayai apa yang dikatakan raja.
“Adinda,. Apakah benar kau bermaksud menjadi istri raja? Apa benar kata rajaku itu?” tanya Patih Sidapaksa.
“Hiks...hiks`...itu tidak benar, Kanda,” ujar Sri Tanjung sambil menangis. “Jika Kanda tidak percaya, bunuhlah ragaku ini dan buanglah mayat adinda ke sungai. Jika ternyata bau air sungai itu amis, itu menandakan adinda bersalah. Tapi, jika air itu berbau wangi, itu pertanda adinda suci dan perkataan adinda benar adanya,” jawab Sri Tanjung sambil menangis.
Namun, Patih Sidapaksa tidak mendengarkan perkataan. Ia menghunuskan pedangnya sehingga istrinya tersebut gugur di tangannya. Sesuai dengan permintaan istrinya, jenazah tersebut dibuang ke sungai.
“Huh.. kenap kau begitu tega denganku. Ini ulahmu sendiri. Tapi..uh.., bau apa ini? Darimana bau harum ini? Air sungai ini...air sungai ini.. begitu harum..,” kata Patih Sidapaksa terkejut.
Sri Tanjung memang tidak pernah membohongi suaminya. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Patih telah membunuh dam membuang jenazah istrinya ke sungai.
“Banyuwangi, banyuwangi, banyuwangiiiiii..” teriak Patih Sidapaksa.
Sejak saat itu Patih Sidapaksa menyesal dan terus berteriak banyuwangi. Banyuwangi berarti air yang wangi.


Sumber: Ristanti, Widya. 2007. Mengenal Cerita-Cerita Legenda di Tanah Jawa. Surakarta: Teguh Karya.
Semoga pengetahuan tentang legenda tersebut bermanfaat, menambah wawasan, serta mencintai budaya asli Indonesia tercinta ini.
Related Pos:
Asal-usul|Legenda Candi Roro Jonggrang /Prambanan
https://hastarika.blogspot.co.id/2016/08/legenda-candi-roro-jonggrang-prambanan.html

Legenda Candi Roro Jonggrang/ Prambanan-Tanah Jawa

www.triptus.com

Mengenal Cerita Legenda di Tanah Jawa
Di pulau Jawa banyak terdapat berbagai legenda atau asal usul suatu tempat yang menarik untuk diketahui. Terkadang legenda-legenda tersebut mempunyai bekas yang berupa tempat (misalnya danau, gunung, air terjun, dan sebagainya). Tempat-tempat tersebut sudah dijadikan obyek wisata dan selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Pengetahuan tentang asal-usul suatu daerah tentu saja akan menambah wawasan, menimbulkan kecintaan untuk menjaga tempat tersebut, dan untuk mencintai budaya asli negeri ini.

LEGENDA CANDI RORO JONGGRANG/PRAMBANAN
            Candi Roro Jonggrang berada di daerah Prambanan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi tersebut berada di lingkup Candi Sewu. Lokasi candi tersebut berada di tepi jalan raya 17 km dari Yogyakarta menuju Solo. Candi ini menjadi objek wisata andalan bagi kedua kota tersebut. Komplek candi yang dibangun pada abad 9M ini emiliki 3 bangunan utama berarsitektur indah setinggi 47 meter.
Terjadinya Candi Roro Jonggrang
            Dahulu kala di Pulau Jawa terutama di daerah Prambanan berdiri dua Kerajaan Hindu, yaitu Kerajaan Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan pengging adalah kerajaan subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksan bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang putra laki-laki yang bernama Bandung Bondowoso.
            Adapun kerajaan Keraton Boko berada pada wilayah kekuasaan Kerajaan Pengging yang diperintah oleh seorang raja yang kejam dan angkara murka yang tidak berwujud manusia tetapi berwujud raksasa besar dan suka makan daging manusia, yang bernama Prabu Boko. Akan tetapi Prabu Boko mempunyai putri yang cantik jelita bernama Putri Roro Jonggrang. Prabu Boko juga mempunyai patih yang berwujud raksasa bernama Patih Gupolo.
            Pada waktu itu, Prabu Boko ingin memberontak dan ingin menguasai Kerajaan Pengging. Maka ia mengundang Patih Gupolo ke keraton untuk membicarakan rencana itu.
            “Ada apa gerangan Paduka Prabu memanggil hamba?” tanya Patih Gupolo.
            “Patihku, aku sudah bosan  selama ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pengging,”jawab Prabu Boko.
            “Maksud Paduka Prabu?”
            “Aku ingin memberontak dan mendirikan kerajaan sendiri yang terpisah dari kekuasaan lain untuk itu kumpulkanlah bekal berupa makan dan uang dari rakyat, serta latihlah pemuda-pemuda kerajaan ini menjadi prajurit untuk berperang melawan Kerajaan Pengging,” titah Prabu Boko.
            “Akan hamba laksanakan Paduka Prabu,”jawab Patih Gupolo.
            Patih Gupolo pun segera melaksanakan titah Prabu Boko tersebut. Setelah persiapan dirasa sudah cukup, maka berangkatlah Prabu Boko, Patih Gupolo dan prajurit menuju ke Kerajaan Pengging untuk memberontak. Maka terjadilah perang di Kerajaan pengging antara prajurit Pengging dan prajurit Keraton Boko.
            Prabu Damar Moyo pun mengutus anaknya Raden Bandung Bondowoso maju perang melawan Prabu Boko. Terjadilah perang yang sangat sengit antara Raden Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko. Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko kalah dan dapat dibinasakan.
            Melihat rajanya tewas maka Patih Gupolo melarikan diri kembali ke Keraton Boko. Melihat lawannya melarikan diri, Raden Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupolo hingga ke Keraton Boko. Setelah sampai di Keraton Boko, Maha Patih Gupolo segera menghadap putri Roro Jonggrang.
            “Patih Gupolo, mengapa paman patih datang seorang diri? Dimanakah ayahku dan para prajurit kita? Tanya Roro Jonggrang dengan cemas.”Maafkan hamba Putri, Prabu Boko telah tewas di medan perang. Beliau tewas di tangan Raden Bandung Bondowoso,” jawab Patih Gupolo dengan lirih.
“Ayah....,” tangis Roro Jonggrang.
            Berdukalah Roro Jonggrang mendengar berita itu. Sementar itu Patih Gupolo hanya tertunduk sedih memandang Roro Jonggrang.
            Di pihak lain, sampailah Raden Bandung Bondowoso di Keraton Boko. Ia langsung menemui Putri Roro Jonggrang untuk mencari Patih Gupolo. Terkejutlah Raden Bandung Bondowoso melihat Putri Roro Jonggrang yang cantik jelita. Maka timbul niat Bandung Bondowoso untuk mempersunting Putri Roro Jonggrang sebagai istrinya.
            “Wahai purti yang cantik jelita, aku berjanji tidak akan mengobrak-abrik keraton ini asalkan kamu mau menjadi istriku”, ujar Bandung Bondowoso.
            “Bandung Bondowoso, sungguh tidak punya malu kau! Setelah kau membunuh ayahku, aku tidak sudi kau peristri,” jawab Putri Roro Jonggrang.
            “Roro Jonggrang, sekarang kamu memilih keraton ini aku hancurkan atau kamu mau aku peristri? Pikirkan masak-masak.”
            Putri Roro Jonggrang terdiam. Ia memikirkan nasib keraton dan seluruh rakyatnya. Jika ia sampai menolak lamaran Bandung Bondowoso, maka pastilah keraton ini akan dihancurkan. Akhirnya ia menemukan sebuah siasat untuk menolak pinangan tersebut.
            “Baiklah Bandung Bondowoso, akan kuterima itu asalkan kamu dapat mengabulkan dua permintaanku,”ujar Putri Roro Jonggrang.
            “Coba katakan apa permintaanmu itu,” jawab Bandung Bondowoso.
            “Pertama, aku ingin dibuatkan sebuah sumur Jala Tunda. Kedua aku ingin kau buatkan 1.000 candi tapi dalam waktu satu malam saja. Apakah kamu sanggup memenuhinya?” lanjut Putri Roro Jonggrang.
            “Hem...cukup berat juga permintaanmu itu. Tapi baiklah, akan kupenuhi semua keinginanmu. Kapan aku bisa memulainya?”tantang Bandung Bondowoso.
            “Hari ini juga,” ucap Putri Roro jonggrang.
            “Baik, tunggulah di sini. Aku akan membuatkan sumur Jala Tunda untukmu.”
            Setelah mengucapkan janji tersebut, pergilah Bandung Bondowoso untuk membuat sumur. Setelah sumur itu selesai dibuat, segera Bandung Bondowoso memanggil Putri Roro Jonggrang untuk melihat sumur tersebut.
            “Bandung Bondowoso, sumur Jala Tunda telah selesai kamu buat. Tapi aku ingin mengetahui seberapa dalam sumur tersebut. Turunlah ke bawah dan ukurlah kedalaman sumur itu untukku,”pinta Putro Roro Jonggrang.
            “Baiklah Jonggrang, jika itu permintaanmu.”
            Maka turunlah Bandung Bondowoso ke dasar sumur tersebut. Setelah sampai ke dasar segera Putri Roro Jonggrang menyuruh Patih Gupolo untuk menimbun sumur tersebut dengan batu. 
            Seketika, Bandung Bondowoso pun tertimbun batu di dalam sumur, dan Putri Roro Jonggrang dan Patih Gupolo menganggap bahwa Raden Bandung telah mati di dalam sumur. Akan tetapi di dalam sumur ternyata Bandung Bondowoso belum mati. Maka ia bersemedi untuk dapat keluar dari sumur dengan selamat.
            Setelah dapat keluar dari dasar sumur itu, Bandung Bondowoso kembali menemui Roro Jonggrang dengan marah besar. Tetapi karena melihat kecantikan Putri Roro Jonggrang kemarahan Bandung Bondowoso menjadi mereda. Kemudian Putri Roro Jonggrang menagih janji Bandung Bondowoso untuk membuatkan 1000 candi dalam satu malam.
            “Bandung Bondowoso, aku menagih janjimu padaku untuk membuatkanku 1.000 candi dalam satu malam,” tagih Putri Roro Jonggrang.
            “Akan kupenuhi janjiku, Jonggrang. Tapi jangan kau mengingkari janji yang telah kau ucapkan padaku.”
            “Baiklah, akan kutepati janji yang telah kuucapkan padamu,” ucap Putri Roro Jonggrang.
            Maka segeralah Bandung Bondowoso berangkat ke tanah lapang untuk menbuat candi yang telah dijanjikannya. Ia meminta bantuan para jin untuk membuatnya. Akan tetapi di lain pihak Putri Roro jonggrang ingin menggagalkan usaha Bandung membuat candi.
            Waktu pun berlalu, candi-candi yang dibangun Bandung Bondowoso telah tegak berdiri. Melihat hal tersebut paniklah Putri Roro Jonggrang. Ia segera meminta Patih Gupolo untuk membangunkan gadis-gadis di sekitar Prambanan. Ia juga meminta agar ayam-ayam jago dikeluarkan dari kandangnya. Kemudian ia memerintahkan para gadis tersebut untuk menumbuk  padi dan membakar jerami supaya kelihatan bahwa pagi sudah tiba dan ayam pun berkokok bergantian.
            Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi serta di Timur kelihatan terang maka para jin berhenti membuat candi.
            “Hai apa-apaan ini! Apa yang telah kau lakukan Jonggrang. Ini belumlah pagi. Tapi mengapa ayam-ayam telah berkokok?” Seru Bandung Bondowoso murka.
            Maka dipanggillah Putri Roro Jonggrang disuruh menghitung jumlah candi yang dibuat dan ternyata jumlahnya baru 999 candi. Jadi yang belum selesai, tinggal satu candi lagi.
            “Maafkan aku Bandung Bondowoso, kamu tidaka dapat memenuhi janjimu padaku. Candi ini baru berjumlah 999 buah. Masih kurang satu candi lagi yang harus kau selesaikan. Maka aku tidak mau kau persunting.”
            “Ini semua pasti ulahmu Jonggrang. Kamu telah menipu dan mempermainkanku. Sebagai balasan, kukutuk kau menjadi candi agar genap jumlah candi itu menjadi 1.000. Kukutuk juga para gadis sekitar Prambanan ini menjadi kasep (perawan tua),” seru Bandung Bondowoso murka.
            Dan segera Putri Roro Jonggrang berubah wujudnya menjadi arca patung batu. Maka genaplah jumlah candi itu menjadi 1.000 buah. Kompleks candi itu biasa disebut sebagai Candi Sewu atau Candi Prambanan. Sampai sekarng arca patung Roro Jonggrang dapat kita temukan disana.

Sumber : Ristanti, Widya. 2007. Mengenal Cerita-Cerita Legenda di Tanah Jawa. Surakarta: Teguh Karya.

Semoga pengetahuan tentang legenda tersebut bermanfaat, menambah wawasan, serta mencintai budaya asli Indonesia tercinta ini.

http://adfoc.us/3746451

20 Khasiat dan Kemuliaan Surat Al-Fatihah Luar Biasa-Subhanallah

20 Khasiat dan Kemuliaan Surat Al Fatihah Luar Biasa-Subhanallah
www.galamedianews.com
Bagi umat islam pasti tidak asing lagi dengan Surat Al-Fatihah, karena surat ini sudah menjadi bagian dari bacaan shalat, baik shalat fardu maupun shalat sunnah. Surat Al- Fatihah ternyata memiliki khasiat yang luar biasa lo. Sebagian orang mungkin sudah tahu tentang manfaatnya, namun sebagian yang lain mungkin belum mengetahuinya. Baiklah sobat, berikut ini saya akan berbagi informasi mengenai 20 khasiat Surat A-Fatihah yang saya kutib dari buku kecil yang ditulis oleh Ustad Labib.
1.    Menyembuhkan Sakit Batuk
Apabila ada orang sakit batuk, maka tulislah  AL HAMDULILLAH (الْØ­َÙ…ْدُ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ)pada mangkuk yang putih, lalu dilebur dengan minyak wijen, kemudian diminumkan orang yang sakit batuk. Insya Allah lekas sembuh. Lakukan pengobatan ini berulang-ulang dengan penuh keyakinan.
2.    Membangkitkan Rasa Cinta
Apabila anda ingin disayang atau dicintai orang, maka tulislah ayat ROBBIL ‘ALAMIIN pada piring yang putih, lalu dilebur dengan minyak wijen, kemudian dibuat minyak rambut. Insya Allah orang yang melihat anda akan menaruh rasa sayang.
3.    Menyuburkan Tanaman
Apabila ada tanaman kurus kering karena dimakan hama, maka tulislah ayat AR ROHMAANI (لرَّØ­ْÙ…َٰÙ†ِ ا)pada piring yang putih, kemudian dilebur dengan air, lalu disiramkan pada tanaman yang kurus itu. Insya Allah dalam waktu dekat, tanaman tersebut akan tumbuh subur terhindar dari berbagai jenis penyakit.
4.    Menundukkan binatang buas
Apabila ada binatang buas atau musuh yang sudah mendekat, maka tulislah ayat AR ROHIIMI pada kertas yang putih untuk dibawa menghadap. Insya Allah binatang buas atau musuh itu akan tunduk, atau ia akan pergi menjauh.
5.    Terhindar Dari Marabahaya
Apabila ada orang hendak mendirikan rumah, maka tulislah ayat MAALIKI YAUMID- DIINI pada kertas atau kain putih, lalu diletakkan pada sudut rumah yang berjumlah empat. Isya Allah rumah tersebut akan terhindar dari marabahaya.
6.    Penangkal Hama Tanaman
Apabila ada tanaman yang dihama tikus, celeng atau lainnya, maka tulislah ayat IYYAAKANA’BUDU pada kertas, lalu dimasukkan ke dalam bumbung, kemudian ditancapkan pada tiap sudut sawah. Insya Allah tanaman yang ada di sawah itu tidak akan dihama oleh tikus, celeng, dll.
7.    Penangkal Dari Amukan Binatang Buas
Apabila ada binatang buas atau orang yang mengamuk, maka bacalah ayat WA IYYAAKA NASTA’IIN sebanyak 7 kali. Insya Allah akan selamat dari amukannya.
8.    Memberi Jalan Orang Yang Tersesat
Apabila anda tersesat, maka bacalah ayat IHDINASH SHIROOTOL MUSTAQIIM serta memejamkan mata untuk beberapa saat. Insya Allah tidak akan tersesat jalan, hingga sampai pada tempat yang dituju.
9.    Penangkal Kebencian Orang
Apabila ada orang yang menaruh benci pada anda, maka bacalah ayat SHIROOTOL LADZIINA dengan hati yang ikhlas. Insya Allah akan kebenciannya dan berubah menjadi rasa sayang terhadap anda.
10.  Membutakan Penglihatan Musuh
Apabila anda dihadang musuh dalam perjalanan, maka bacalah ayat AN’AMTA ‘ALAIHIM pada segenggam pasir, kemudian taburkan di hadapan musuh tersebut. Insya Allah penglihatan musuh itu akan menjadi buta, atau ia kelihatan ada kobaran api menyala-nyala di hadapannya hingga ia tidak bisa melihat anda.
11.  Menahan Rasa Lapar
Apabila anda dalam perjalanan merasa lapar dan tidak membawa bekal, maka ambillah daun atau sesuatu yang ada di sekitas anda yang kiranya bisa dimakan, kemudian bacalah ayat GHOIRIL MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM lalu dimakan. Insya Allah tidak akan terasa lapar lagi. Jika tidak ada sesuatu yang bisa dimakan, maka bacalah ayat itu pada telapak tangan, kemudian usapkan pada leher dan perut. Insya Allah anda akan lebih kuat menahan lapar, hingga sampai pada tujuan.
12.  Membangkitkan Rasa Sayang
Apabila ada orang menaruh rasa benci terhadap anda, maka bacalah ayat WA LAADH DHOOLIIN dengan hati yang ikhlas. Insya Allah akan hilang rasa bencinya dan berganti rasa sayang terhadap anda.
13.  Menyembuhkan Penyakit
Apabila ada orang menderita sakit yang sudah lama tidak juga sembuh, maka ambillah bawang putih, pala, cengkih sebanyak 7 butir, serta juntan hitam. Kemudian bahan-bahan tersebut dijadikan ramuan seraya dibacakan AAMIN(Ø£ٰÙ…ِÙŠْÙ†َ). Dengan hati yang ikhlas. Insya Allah lekas sembuh.
14.  Menyembuhkan Penyakit Mata
Barangsiap yang menderita sakit yang sudah berkali-kali berobat ke dokter namun belum juga sembuh, maka cobalah bacakan surat Al-Fatihah sebanyak 50 kali sesudah shalat shubuh, kemudian tiupkan pada kedua telapak tangan, lalu usapkan pada mata yang sakit. Insya Allah lekas sembuh berkat keutamaan surah Al-Fatihah.
15.  Menyembuhkan Sengatan Binatang Berbisa
Apabila anda terkena sengatan binatang buas, maka bacalah surat Al-Fatihah sebanyak 7 kali, kemudian hembuskan pada bagian yang kena sengat. Insya Allah lekas sembuh.
16.  Menyembuhkan Segala Penyakit
Untuk menyembuhkan penyakit, maka ambillah air satu ember, kemudian bacakan surat Al-Fatihah sebanyak 40 kali. Setelah itu basuhlah kedua tangan, kaki, muka, kepala, dan seluruh anggota badan hingga rata betul. Insya Allah dalam waktu dekat rasa sakit itu akan sembuh. Usahakan pengobatan batin ini berulang-ulang di samping berobat ke dokter.
17.  Menyembuhkan Sifat Lupa
Barangsiapa yang mempunyai sifat pelupa, maka tulislah surat Al-Fatihah pada kertas atau kain putih, lalu rendamlah dalam gelas yang diisi air hingga tulisan tersebut bisa larut. Setelah itu minumlah airnya untuk beberapa kali. Lakukanlah yang demikian itu dengan penuh keyakinan seraya memohon kepada Allah. Insya allah sifat pelupa anda akan segera hilang.
18.  Melancarkan Jalannya Rizqi
Barangsiap yang ingin lancar jalan rizqinya, maka bacalah surat Al-Fatihah secara rutin pada tiap malam sebanyak 50 kali. Insya Allah rizqinya akan berjalan dengan lancar sehingga dalam segala usaha selalu mendapat kemudahan.
19.  Menyembuhkan Penyakit Dalam
Apabila ada orang mengidap penyakit yang tidak sembuh-sembuh dan bahkan sudah berkali-kali berobat ke dokter namun belum juga berhasil, maka cobalah tulis surat A-Fatihah mulai dari ayat 1 hingga ayat 7, kemudian tulisan tersebut dilebur dengan air yang bersih lalu diminum. Insya Allah dalam waktu dekat akan sembuh.
20.  Mendapatkan Kecerdasan
Barangsiap yang ingin mempunyai pikiran cerdas atau daya ingat kuat, maka bacalah surat Al-Fatihah dalam waktu 7 hari, setiap hari sebanyak 70 kali. Kemudian tiupkanlah pada air lalu diminum. Insya Allah akan diberi pikiran yang cerdas serta daya ingat yang kuat.

Demikianlah khasiat-khasiat dari Surat Al Fatihah yang hendaknya di amalkan dengan penuh keyakinan serta memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa, insya Allah akan mendapat keberhasilan. Amin.
Berikut ini bacaan surat Al-Fatihah.
بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َٰÙ†ِ الرَّØ­ِيمِ

الْØ­َÙ…ْدُ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ رَبِّ الْعَالَÙ…ِينَ
الرَّØ­ْÙ…َٰÙ†ِ الرَّØ­ِيم
Ù…َالِÙƒِ ÙŠَÙˆْÙ…ِ الدِّينِ
Ø¥ِÙŠَّاكَ Ù†َعْبُدُ ÙˆَØ¥ِÙŠَّاكَ Ù†َسْتَعِينُ
اهْدِÙ†َا الصِّرَاطَ الْÙ…ُسْتَÙ‚ِيمَ
صِرَاطَ الَّØ°ِينَ Ø£َÙ†ْعَÙ…ْتَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ
Ù…ْ غَÙŠْرِ الْÙ…َغْضُوبِ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ ÙˆَÙ„َا الضَّالِّينَ

Sumber : Labib, ustad. Pelajaran Shalat Sunnah. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.

Demikianlah 20 Khasiat dari Surat Al-Fatihah. Semoga bermanfaat :'). Amin. 

Related Post: 7 Khasiat Ayat Kursi 
https://hastarika.blogspot.co.id/2016/08/7-khasiat-ayat-kursi-dalam-kehidupan_22.html

http://adfoc.us/3746451
http://adfoc.us/37464560554880
http://adfoc.us/37464560554881
http://adfoc.us/37464560554882
http://adfoc.us/37464560554884

7 Khasiat Ayat Kursi Dalam Kehidupan Sehari-Hari

7 Khasiat Ayat Kursi Dalam Kehidupan Sehari-Hari
www.kumpulanmisteri.com

Khasiat Ayat Kursi
Sebenarnya khasiat ayat kursi itu banyak sekali, diantaranya tersebut dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah s.a.w pernah berkata : “Apabila seseorang dari umatku membaca ayat kursi sebanyak 12 kali, lalu berwudlu’ dan mengerjakan shalat Shubuh, maka Allah akan menjaganya dari kejahan syetan. Di samping itu derajatnya disamakan dengan orang yang membaca Al-Qur’an seluruhnya serta pada hari kiamat nanti akan diberi mahkota dari cahaya yang menyinari penghuni dunia seluruhnya”.
            Di samping itu, ayat kursi mempunyai beberapa khasiat sebagai berikut:
1.    Menghindarkan Gangguan Syetan
Barangsiapa membiasakan membaca ayat kursi ketika akan berangkat tidur, Allah akan memberikan perlindungan dan di jauhkan dari gangguan syetan hingga ia bangun dari tidurnya.
2.    Menyembuhkan Penyakit Gila/Ayan
Apabila ada orang kena penyakit gila atau ayan, hendaklah dibacakan ayat Kursi sebanyak 11 kali pada ubun-ubunnya seraya dihembus-hembuskan. Insya Allah dalam waktu dekat, ia akan sembuh.
Sedang untuk mengobati orang ayan, maka ambillah segelas air, kemudian bacalah ayat Kursi sebanyak 50 kali, dalam setiap kali bacaan tiupkan pada gelas yang berisi air tersebut, untuk kemudian diminumkan. Lakukanlah berulang-ulang dengan sabar dan penuh keyakinan.  Insya Allah lekas sembuh.
3.    Mendatangkan Hajat
Apabila anda mempunyai hajat yang ingin segera terkabul, maka bacalah ayat Kursi sebanyak 100 kali pada tengah malam setelah mengerjakan shalat Hajat. Setelah itu berdo’alah kepada Allah dengan mengutarakan hajat yang anda maksud. Insya Allah dalam waktu dekat hajat anda akan terkabul.
4.    Menjauhkan Impian Jelek
Apabila anda ingin terhindar dari impian jelek maka bacalah “ A’UUDZU BIL LAAHI MINASY SYAITHOONIR ROJIM”. Setelah itu bacalah ayat Kursi sebanyak 3 kali, dan apabila sampai pada bacaan “walaa yauuduhuu hifdluhumaa wa huwal ‘aliyyul’ adliim” dibaca sebanyak 3 kali. Insya Allah dalam tidur anda tidak akan mimpi yang jelek, bahkan mimpi yang indah.
5.    Pemusnah Dosa- Dosa Kecil
Apabila anda membiasakan membaca ayat Kursi pada setiap selesai shalat fardhu, maka faedahnya akan memusnahkan dosa-dosa kecil, kecuali dosa yang bersangkutan dengan manusia.
6.    Perisai Dalam Perjalanan
Apabila anda ingin selamat dalam perjalanan, maka sebelum berangkat dari rumah bacalah ayat Kursi sebanyak 3 kali. Insya Allah dalam perjalanan anda nanti akan mendapat perlindungan dari Allah, sehingga selamat sampai pulang kembali.
7.    Membungkam Mulut Musuh Yang Berbuat Jahat
w
Apabila ada orang yang hendak berbuat jahat terhadap anda, maka sebelum anda behadapan dengan orang tersebut bacalah ayat Kursi sebanyak 3 kali.
Berikut ini adalah bacaan ayat kursi.
www.ayatkursi.web.id


Sumber : Labib, ustad. Pelajaran Shalat Sunnah. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.

Demikianlah khasiat dari ayat Kursi, semoga bermanfaat.:)

Related Post:
Khasiat, manfaat, kemuliaan, dan kedasyatan Surat Al-Fatihah
https://hastarika.blogspot.co.id/2016/08/20-khasiat-dan-kemuliaan-surat-al.html


Minggu, 21 Agustus 2016

Di Sebuah Pertemuan-kumpulan puisi Hasta Indriyana

Di Sebuah Pertemuan
Kumpulan Puisi Karya Hasta Indriyana

sastralangit.wordpress.com

Berikut ini adalah kumpulan puisi karya Hasta Indriyana.

INFUS

Dalam sebotol infus, ibu, bahasa manusia adalah
Memaknai tubuh satu-persatu
Diurai sambil mengingat doa-doa masa kecil

Kupikir yang menetes itu bukan air mata
Dari matamu, bukan keringat malaikat, atau
Darah keturunan-keturunan. Barangkali kalau aku
Boleh mengandaikan, semacam tetes gerimis
Di genteng yang dulu pernah
Kutampung dalam baskom lalu kubawa masuk
Ke kamar dan sebuah perahu kertas yang
Lama kusiapkan keletakkan di atasnya

Ibu, lalu kita berperahu
Di sela tetes-tetes gerimis, “Lihatlah ibu,
Daratan jauh itu, kita bakal kesana menjauhi
Pulau sakit ini!”

Ah, di antara mekar teratai, bunyi rintik-rintik itu,
Akan kita lewati hilir dan muara yang sempit
Mungkin menyakitkan

Tapi dokter bukan tuhan. Ia baru
Berjalan ke ruang ini sambil menjinjing
Perahu, dua batang dayung bersama perawat-
perawat
Cantik mirip peri yang semalam kuimpikan

RSUD Wonosari, 2003

PARANGKUSUMO

Kubayangkan, semalam
Kauhabiskan waktu
Buat bersemadi atau
Menziarahi sesuatu
Yang kauanggap
Dulu pernah ada

Aku sedikit usil
Membiarkan angin
Yang santer
Menimpa obrolan-obrolan
Di sebuah warung kopi
Seorang mucikari

Nanti, sekiranya udara
Khidmad kembali, kita
Kenang masa kecil di lautan

Melukis wajah dan
Garis tangan di pasiran
Juga membangun rumah
Yang kekal
Yang tak tersentuh ombak
Dan langkah kaki

2004

DI BUKIT PATHUK

Kerik belalang kayu
Di rimbun pepohonan

Dua tahun lalu
Terakhit kita dengar
Dan bikin rindu
Kerlip-kerlip lampu
Di bawah
Bukan Manhattan bukan
Kepungan kunang-kunang

Sepi. Udara rasanya mirip
Besi ditempeli angin
Semalaman

Di bukit ini selalu
Saja kutanya,
Yang mana
Rumahmu?

Yang ingin
Kutumpahi rindu itu?

Juli, 2004

PUISI BULAN MEI

Kau yang berhati laut, tempat berselancar
Huruf-huruf selalu mencipta riang bagi
Gelombang dan gelembung

Aku buih yang terpecah dan terserak
Terpagut menata kata senantiasa

Mei yang sayu itu pada akhirnya seperti
Kita. Bergemuruh tetapi terus saja diam
Ingin berkata-kata namun tak jua
Terucapkan

Barangkali sebagaimana perahu
Nelayan yang laju itu, tanpa jangkar tanpa
Boat mesin, Cuma angin Cuma ruwet jaring
Yang menjala kesepian kita

Tak ada ikan terumbu kaugambar di pasiran
Tak ada rumah-rumah kerang membuka
Pintu jendela untukku.. hanya plastik
Dan kaleng soda di pinggiran

Kemudian, lagu laut lagu bulan mei
Kembali berkesiur di sela bangkai perahu
Di bawah pantatmu. Sementara, tapak kita
Terlihat memanjang, makin jauh semakin
Menghilang di antara barisan jingking
Dan ubur-ubur uang mengubur maut
Bulan kelima

Semarang, 2004

JULI

Pada hari yang kesekian, kisah yang
Kaubacakan sampai sudah di tengah

Buku selalu menyisakan lipatan-lipatan
Sebagai tanda, kaki pernah
Melangkah dan
Tubuh telah membaca
Sekian huruf pada musim yang berlainan

Tanah retak sebagaimana bibirmu
Yang pecah dilewati angin malam

Tapi tanah telah menjelma bedak
Dan beterbangan di pepucuk jati
Yang ranggas
Dingin dan panas
Menumpuk juga di kulitmu

Bumi selalu demikian. Menawarkan
Cerita yang gigil dan gerah. Selalu ada
Yang berkuasa atas tubuh yang ringkih
Yang mudah pecah yang gampang perih

Lantas pada pagi yang kesekian  ketika cerita
Akan kita buka lagi, embun pun makin
Memebal. Menggantung di halimun

Sementara di antara reranting mahoni
Sarang srikatan menggantung sepi

Cerita pun kembali dimulai dari
Perubahan-perubahan

Dewadaru, 2004

SELERET CAHAYA YANG TERLUKIS DI MATAMU

Pada malam penghabisan pertemuan sempat
Kucatat kejadian-kejadian di matamu,

Sekelebat cahaya yang datang dari jagat jauh
Lalu singgah di sana, di dunia matamu
Yang cantik dan lapang seperti taman
Surga tempat bermuara segala cahaya

Kerik jengkerik dan belalang kayu senyap
Dari derit sayap. Tiba-tiba ada yang terdiam
Ketika rindu yang kaujatuhkan di atas perdu
Menjelma peti-peti cahaya
Kemudian berpendar di setiap jengkal
Waktu tungguku yang sia

Sesuatu yang pernah kuterjemahkan
Dari perjalanan tubuhmu adalah peta
Yang pecah dan membuncah

Samirono, 2004

RUMAH SINGGAH

Rumah kita kembara. Pintu jendela kata-kata
Yang ditata. Halaman-halaman kembar ditumbuhi
Senyap ditanami rindang. Ada sedih menyela
Kita siangi. Ada catatan berserak kita pungut
Dalam cemas yang menggelisahkan

Tempat singgah kita perjalanan
Dalam alir aku dedaun jatuh di kali. Dan kau
Sebatang ranting menyampirkan tubuhku
Menjadi puisi. Tapi cuaca kadang luput terbaca
Kadang banjir menerjang. Tamasya kita lanjutkan!

Dewadaru, 2004
CAHAYA

Telah kauciptakan gelap
Dan aku gelagapan
Mencarimu

Dewadaru, 2002

MAGRIB

Saatnya buka puasa
Saatnya buka puisi

Dewadaru, 2002

WUDLU

Setelah air membasuh tubuh
Kupahami, ia mencari liang
Di bumi

Dewadaru, 2002

CINTA ITU ANU

Sebagian bunga menjadi buah
Segala buah menjelma bunga tanah

Dewadaru, 2003

SORE

Bau sore hari. Angin malas-malasan mengirim
Sentuhan. Puteri malu beberpa menit lalu
Menutup pintu jendela. Kunang-kunang
Menyalakan lampu dan menyiapkan kayu-kayu
Pediangan bagi siapa pun pemburu selimut
Dan kesunyian

Kau jangan menatapku seperti itu, katamu
Dan kamu, sesore ini selalu saja membuntuti
Matahari. Angslup bersama awan-awan merah
Yang berarak, dan selalu tak bisa berteman akrab
Dengan kelelawar dan gagak

Hei, sebaiknya kamu tinggal disini
Sebentar saja. Diam melagukan bungan rumput
Yang mulai menggigil, atau membaca sajak
Tentang malam dan kegelapan


Yakinlah, aku tak bakal cemburu sebab kau
Sama cantiknya bila kubandingkan dengan
Seru muadzin yang selalu mengusirmu

Bau tubuhmu. Cukup kuat seperti keringat
Birahi. Itu mengajarkan senja
Untuk tidak lupa pada berjuta sajak
Yang menulisnya

Dewadaru, 2003

KARTU POS

Seperti bayangan langit membatalkan hujan
Gambar wajahmu ada di situ. Mengirim kabar
Tentang tubuhku yang terlanjur basah
Oleh kenang

Atau mimpi yang kaujanjikan dalam
Sebungkus amplop dan perangko yang nempel
Lewat lidahmu yang mungil. Tak ada merpati
Bertengger di muka jendela akhirnya

Hanya selembar. Tanpa gambar
Hanya selarik kata penting

Langit makin terlihat basa-basi
Kartu pos buru-buru minta dibakar

Seperti biasa, aku tertatih menerjemahkan cuaca
Maka kuperpanjang sepi selanjutnya

Tak ada yang bisa kukoyak, dan wajahmu gemar
Beraut halilintar
Tapi aku terbiasa membaca selarik kata penting
Yang selalu gagal menghujani

Dewadaru, 2003


KAMAR PENYAIR

Bukan aroma tinta
Tapi anyir tamasya
Yang membuat kening berkerut
Dalam kalimat-kalimat
Mengendap

Dewadaru, 2003

DISTONIK

Bagaimana kalau kau
Gandeng tanganku selalu?

Sliwer-sliwer rayuan
Di kota iklan bisa
Merenggangkan cinta

Kau percaya bukan?

Aku menyayangimu
Maka wajib curiga agar
Suatu ketika kita tak
Merasa kehilangan atau
Tiba-tiba menjadi
Begitu asing pada diri
Sendiri

Peganglah jariku, Cinta
Sebab jalanan menawarkan
Banyak kelamin. Agar kau tak
Bingung. Juga tak pernah
Sekali pun

Menyalahkan diri atau
Menyesal di gegap jagat

Yang gagap

Yogyakatra, 2004


NATAL

Setelah lonceng dan perjanjian
Waktu itu brangkali aku heran menatap jagat

Begitu rahim ibu menutup kembali
Aku pun lupa, bagaimana
Keleneng lonceng, dan kalimat-kalimat
Muadzin yang ditiupkan
Di telinga kanan kiri. Juga
Lengking terompet yang kaujanjikan itu

Dewadaru, 2003

DI SEBUAH RUANG RIAS

Aku seperti cermin. Kau memoles wajah
Sendirian. Aku melihat sesuatu telah menjadi
Orang lain. “Oh, Tuan Agung, mari silahkan
Masuk. Rumah ini dibangun dari sesuatu
Yang berbeda. Lain dari wajah Tuan yang
Sebenarnya,”

Sambil menenteng senjata kepala suku,
Aku pura-pura menjadi sesuatu bukan diriku

Tiang penyangga, tembok, jam dinding,
Hiasan, dan bunga-bunga menjadi cantik
Udara kemudian dibuat dari dunia pura-pura

Sebuah ruang rias, pada malam yang bergegas
Selalu kuselipkan belati, siapa tahu di semua
Sudut negeri ini selalu mengancam wajahku
Angin bertiup menjadi cemas

Kau juga seperti cermin. Mengingatkanku tentang
Sepasang mata dan sebilah senjata yang sebenarnya
Tak pantas dibawa ke mana pun di negeri ini
Juga buat mengusir takut

Juga raut kita yang sebenarnya, dipoles dari
Dunia pura-pura

Malang, 2004


ANJING

Aku bermimpi menjadi anjing
Berlari ke tempat keramaian. Tiap kali kelokan
Menumpahkan air kencing
Aku berlari-lari

Orang-orang berkaki empat. Tiap ketemu
Saling menukar liur. Aku dan orang-orang
Menggonggong dengan bahasa puisi yang
Dengus. Semua tempat
Telah menjelma taman bagi persahabatan
Paling suci

Di tempat-tempat suci orang-orang
Memakan daging anjing sambil
Tersipu mengumpulkan doa-doa buat
tuhan

Kakiku gerah hingga seluruh tubuh mesti
Dibasuh dengan liur orang-orang berkaki empat

Tujuh kali!

Selalu tak ada yang bisa kupahami,
Mengapa tiap kali tidur aku mesti kencing,
Mengeluarkan liur, dan menggonggong
Di tempat-tempat suci sekalipun

Dewadaru, 2003

SATU

Jendela rumahmu
Masih seperti ketika pertama aku singgah
Di kotamu. Langit juga sama; menjanjikan
Hujan

Aku yang kaupaksa singgah
Menyentuh handel pintu juga akhirnya
Jendela langit bergetar

Rumah yang dingin
Bapakmu hujan. Ibumu hujan. Kakakmu hujan
Adik dan saudara-saudaramu hujan
Tetanggamu mendung. Aku mesti hati-hati
Membaca bendera setengah tiang di gambar
Kaosmu yang kau pakai. Aku mesti menjadi
Baju yang dipakai kerabatmu. Seperti langit
Yang menjanjikan basah

Lantai licin udara sembab
Tanah-tanah di garis tanganmu yang memanjang
Mungkin bikin kepleset
Aku linglung mengeja rambu
Tak ada peta tak ada kompas di telapakmu
Di telapakmu

Maka kubaca langit. Kuterjemahkan jendela
Rumahmu. Tapi tak semua janji mesti kita
Lunasi bukan? Seperti langit di kotamu
Yang gemar menjanjikan segala kemungkinan
Mungkin ini mungkin itu mungkin bukan anu

Dewadaru, 2003

DI PENDAPA USAI PEMENTASAN

Rumah kita panggung, tempat menjatuhkan peluh
Meluluhkan keluh. Ada yang patut ditontonkan
selain
Tubuh dan barisan kata yang dihapal yang dikepal
Dengan lantang dan gagah

Ialah keakuan dan keangkuhan yang tak jua pula
Gampang dikalahkan. Orang-orang menonton
Sedangkan kita tak pernah bisa melihat diri sendiri

Rumah kita di dada, siapapun bisa datang bisa
Pulang, seperti daun-daun kelengkeng yang ranggas
Lantas tengkurap di tanah sementara tunas-tunas
Bercuatan di sela reranting, terjangan angin, dan
burung
Yang hinggap dan berkelepak

Di pendapa usai pementasan, kita meluruskan
punggung
Pada akhirnya kita pun lelah. Kebersamaan yang
telah
Tergenggam mungkin saja esok hari begitu saja
rengang

Lalu suatu ketika nanti kita tersandar, betapa masa
lalu dan Saat ini telah mendefinisikan kita dengan
jujur, dengan
Tepuk sorak atau kepiluan. Kita pun menonton
dari dekat
Begitu dekat jarak itu

Karangmalang, 2005


WISANGSANJAYA

Laki-laki itu menggaritkan tongkat ke tanah
Sebelum air muncar. Senyap membuncah desa-desa
Sebelah utara sebelah selatan tegalan

Kemudian bendungan yang diniatkan menghampar
Ketika mata air mengalir di garitan. Air mata
mampet
Tak hilir di tengah kemarau bukit-bukit kapur

Sejarah yang mancur. Dan Majapahit kembali
Menggeliat menyelimuti orang-orang pencari wisik
Pemburu kuasa yang patah dan dipatahkan

Tetapi hidup barangkali meja judi, kalah
Menang menggariskan giris. Juga wajah sinis
Yang terpahat: masa lalu yang begitu batu!

Di Gunung Gambar ia melihat timur dan utara
Telah menjadi abu. Manusia seperti telah ditulis
Untuk mati dalam perang. Di luar garis itu
Nasib barangkali harga mati

Kemudian dupa, stupa perlahan malih menjelma
Tasbih. Tak ada yang mampu membalik telapak
Untuk sesuatu yang hakiki. Maka ketika
Cuaca pulih ia memilih sirna melangkahkan kaki
Menuju seribu bukit yang membelit waktu
Melilit dendam dan pengabdian

Alam lalu mengajari segala keinginan untuk
Tidak tunduk begitu saja. Ia tetap jua kali dan
Peunungan
Keras dan mengikis!

Dewadaru, 2004

DAFTAR PUSTAKA : Indriyana, Hasta. 2011. Di Sebuah Pertemuan. Surabaya: Iranti Mitra Utama.