Senin, 22 Agustus 2016

Legenda Candi Roro Jonggrang/ Prambanan-Tanah Jawa

www.triptus.com

Mengenal Cerita Legenda di Tanah Jawa
Di pulau Jawa banyak terdapat berbagai legenda atau asal usul suatu tempat yang menarik untuk diketahui. Terkadang legenda-legenda tersebut mempunyai bekas yang berupa tempat (misalnya danau, gunung, air terjun, dan sebagainya). Tempat-tempat tersebut sudah dijadikan obyek wisata dan selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Pengetahuan tentang asal-usul suatu daerah tentu saja akan menambah wawasan, menimbulkan kecintaan untuk menjaga tempat tersebut, dan untuk mencintai budaya asli negeri ini.

LEGENDA CANDI RORO JONGGRANG/PRAMBANAN
            Candi Roro Jonggrang berada di daerah Prambanan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi tersebut berada di lingkup Candi Sewu. Lokasi candi tersebut berada di tepi jalan raya 17 km dari Yogyakarta menuju Solo. Candi ini menjadi objek wisata andalan bagi kedua kota tersebut. Komplek candi yang dibangun pada abad 9M ini emiliki 3 bangunan utama berarsitektur indah setinggi 47 meter.
Terjadinya Candi Roro Jonggrang
            Dahulu kala di Pulau Jawa terutama di daerah Prambanan berdiri dua Kerajaan Hindu, yaitu Kerajaan Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan pengging adalah kerajaan subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksan bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang putra laki-laki yang bernama Bandung Bondowoso.
            Adapun kerajaan Keraton Boko berada pada wilayah kekuasaan Kerajaan Pengging yang diperintah oleh seorang raja yang kejam dan angkara murka yang tidak berwujud manusia tetapi berwujud raksasa besar dan suka makan daging manusia, yang bernama Prabu Boko. Akan tetapi Prabu Boko mempunyai putri yang cantik jelita bernama Putri Roro Jonggrang. Prabu Boko juga mempunyai patih yang berwujud raksasa bernama Patih Gupolo.
            Pada waktu itu, Prabu Boko ingin memberontak dan ingin menguasai Kerajaan Pengging. Maka ia mengundang Patih Gupolo ke keraton untuk membicarakan rencana itu.
            “Ada apa gerangan Paduka Prabu memanggil hamba?” tanya Patih Gupolo.
            “Patihku, aku sudah bosan  selama ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pengging,”jawab Prabu Boko.
            “Maksud Paduka Prabu?”
            “Aku ingin memberontak dan mendirikan kerajaan sendiri yang terpisah dari kekuasaan lain untuk itu kumpulkanlah bekal berupa makan dan uang dari rakyat, serta latihlah pemuda-pemuda kerajaan ini menjadi prajurit untuk berperang melawan Kerajaan Pengging,” titah Prabu Boko.
            “Akan hamba laksanakan Paduka Prabu,”jawab Patih Gupolo.
            Patih Gupolo pun segera melaksanakan titah Prabu Boko tersebut. Setelah persiapan dirasa sudah cukup, maka berangkatlah Prabu Boko, Patih Gupolo dan prajurit menuju ke Kerajaan Pengging untuk memberontak. Maka terjadilah perang di Kerajaan pengging antara prajurit Pengging dan prajurit Keraton Boko.
            Prabu Damar Moyo pun mengutus anaknya Raden Bandung Bondowoso maju perang melawan Prabu Boko. Terjadilah perang yang sangat sengit antara Raden Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko. Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko kalah dan dapat dibinasakan.
            Melihat rajanya tewas maka Patih Gupolo melarikan diri kembali ke Keraton Boko. Melihat lawannya melarikan diri, Raden Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupolo hingga ke Keraton Boko. Setelah sampai di Keraton Boko, Maha Patih Gupolo segera menghadap putri Roro Jonggrang.
            “Patih Gupolo, mengapa paman patih datang seorang diri? Dimanakah ayahku dan para prajurit kita? Tanya Roro Jonggrang dengan cemas.”Maafkan hamba Putri, Prabu Boko telah tewas di medan perang. Beliau tewas di tangan Raden Bandung Bondowoso,” jawab Patih Gupolo dengan lirih.
“Ayah....,” tangis Roro Jonggrang.
            Berdukalah Roro Jonggrang mendengar berita itu. Sementar itu Patih Gupolo hanya tertunduk sedih memandang Roro Jonggrang.
            Di pihak lain, sampailah Raden Bandung Bondowoso di Keraton Boko. Ia langsung menemui Putri Roro Jonggrang untuk mencari Patih Gupolo. Terkejutlah Raden Bandung Bondowoso melihat Putri Roro Jonggrang yang cantik jelita. Maka timbul niat Bandung Bondowoso untuk mempersunting Putri Roro Jonggrang sebagai istrinya.
            “Wahai purti yang cantik jelita, aku berjanji tidak akan mengobrak-abrik keraton ini asalkan kamu mau menjadi istriku”, ujar Bandung Bondowoso.
            “Bandung Bondowoso, sungguh tidak punya malu kau! Setelah kau membunuh ayahku, aku tidak sudi kau peristri,” jawab Putri Roro Jonggrang.
            “Roro Jonggrang, sekarang kamu memilih keraton ini aku hancurkan atau kamu mau aku peristri? Pikirkan masak-masak.”
            Putri Roro Jonggrang terdiam. Ia memikirkan nasib keraton dan seluruh rakyatnya. Jika ia sampai menolak lamaran Bandung Bondowoso, maka pastilah keraton ini akan dihancurkan. Akhirnya ia menemukan sebuah siasat untuk menolak pinangan tersebut.
            “Baiklah Bandung Bondowoso, akan kuterima itu asalkan kamu dapat mengabulkan dua permintaanku,”ujar Putri Roro Jonggrang.
            “Coba katakan apa permintaanmu itu,” jawab Bandung Bondowoso.
            “Pertama, aku ingin dibuatkan sebuah sumur Jala Tunda. Kedua aku ingin kau buatkan 1.000 candi tapi dalam waktu satu malam saja. Apakah kamu sanggup memenuhinya?” lanjut Putri Roro Jonggrang.
            “Hem...cukup berat juga permintaanmu itu. Tapi baiklah, akan kupenuhi semua keinginanmu. Kapan aku bisa memulainya?”tantang Bandung Bondowoso.
            “Hari ini juga,” ucap Putri Roro jonggrang.
            “Baik, tunggulah di sini. Aku akan membuatkan sumur Jala Tunda untukmu.”
            Setelah mengucapkan janji tersebut, pergilah Bandung Bondowoso untuk membuat sumur. Setelah sumur itu selesai dibuat, segera Bandung Bondowoso memanggil Putri Roro Jonggrang untuk melihat sumur tersebut.
            “Bandung Bondowoso, sumur Jala Tunda telah selesai kamu buat. Tapi aku ingin mengetahui seberapa dalam sumur tersebut. Turunlah ke bawah dan ukurlah kedalaman sumur itu untukku,”pinta Putro Roro Jonggrang.
            “Baiklah Jonggrang, jika itu permintaanmu.”
            Maka turunlah Bandung Bondowoso ke dasar sumur tersebut. Setelah sampai ke dasar segera Putri Roro Jonggrang menyuruh Patih Gupolo untuk menimbun sumur tersebut dengan batu. 
            Seketika, Bandung Bondowoso pun tertimbun batu di dalam sumur, dan Putri Roro Jonggrang dan Patih Gupolo menganggap bahwa Raden Bandung telah mati di dalam sumur. Akan tetapi di dalam sumur ternyata Bandung Bondowoso belum mati. Maka ia bersemedi untuk dapat keluar dari sumur dengan selamat.
            Setelah dapat keluar dari dasar sumur itu, Bandung Bondowoso kembali menemui Roro Jonggrang dengan marah besar. Tetapi karena melihat kecantikan Putri Roro Jonggrang kemarahan Bandung Bondowoso menjadi mereda. Kemudian Putri Roro Jonggrang menagih janji Bandung Bondowoso untuk membuatkan 1000 candi dalam satu malam.
            “Bandung Bondowoso, aku menagih janjimu padaku untuk membuatkanku 1.000 candi dalam satu malam,” tagih Putri Roro Jonggrang.
            “Akan kupenuhi janjiku, Jonggrang. Tapi jangan kau mengingkari janji yang telah kau ucapkan padaku.”
            “Baiklah, akan kutepati janji yang telah kuucapkan padamu,” ucap Putri Roro Jonggrang.
            Maka segeralah Bandung Bondowoso berangkat ke tanah lapang untuk menbuat candi yang telah dijanjikannya. Ia meminta bantuan para jin untuk membuatnya. Akan tetapi di lain pihak Putri Roro jonggrang ingin menggagalkan usaha Bandung membuat candi.
            Waktu pun berlalu, candi-candi yang dibangun Bandung Bondowoso telah tegak berdiri. Melihat hal tersebut paniklah Putri Roro Jonggrang. Ia segera meminta Patih Gupolo untuk membangunkan gadis-gadis di sekitar Prambanan. Ia juga meminta agar ayam-ayam jago dikeluarkan dari kandangnya. Kemudian ia memerintahkan para gadis tersebut untuk menumbuk  padi dan membakar jerami supaya kelihatan bahwa pagi sudah tiba dan ayam pun berkokok bergantian.
            Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi serta di Timur kelihatan terang maka para jin berhenti membuat candi.
            “Hai apa-apaan ini! Apa yang telah kau lakukan Jonggrang. Ini belumlah pagi. Tapi mengapa ayam-ayam telah berkokok?” Seru Bandung Bondowoso murka.
            Maka dipanggillah Putri Roro Jonggrang disuruh menghitung jumlah candi yang dibuat dan ternyata jumlahnya baru 999 candi. Jadi yang belum selesai, tinggal satu candi lagi.
            “Maafkan aku Bandung Bondowoso, kamu tidaka dapat memenuhi janjimu padaku. Candi ini baru berjumlah 999 buah. Masih kurang satu candi lagi yang harus kau selesaikan. Maka aku tidak mau kau persunting.”
            “Ini semua pasti ulahmu Jonggrang. Kamu telah menipu dan mempermainkanku. Sebagai balasan, kukutuk kau menjadi candi agar genap jumlah candi itu menjadi 1.000. Kukutuk juga para gadis sekitar Prambanan ini menjadi kasep (perawan tua),” seru Bandung Bondowoso murka.
            Dan segera Putri Roro Jonggrang berubah wujudnya menjadi arca patung batu. Maka genaplah jumlah candi itu menjadi 1.000 buah. Kompleks candi itu biasa disebut sebagai Candi Sewu atau Candi Prambanan. Sampai sekarng arca patung Roro Jonggrang dapat kita temukan disana.

Sumber : Ristanti, Widya. 2007. Mengenal Cerita-Cerita Legenda di Tanah Jawa. Surakarta: Teguh Karya.

Semoga pengetahuan tentang legenda tersebut bermanfaat, menambah wawasan, serta mencintai budaya asli Indonesia tercinta ini.

http://adfoc.us/3746451

Tidak ada komentar:

Posting Komentar