Di
pulau Jawa banyak terdapat berbagai legenda atau asal usul suatu tempat yang
menarik untuk diketahui. Terkadang legenda-legenda tersebut mempunyai bekas
yang berupa tempat (misalnya danau, gunung, air terjun, dan sebagainya).
Tempat-tempat tersebut sudah dijadikan obyek wisata dan selalu ramai dikunjungi
oleh para wisatawan. Pengetahuan tentang asal-usul suatu daerah tentu saja akan
menambah wawasan, menimbulkan kecintaan untuk menjaga tempat tersebut, dan
untuk mencintai budaya asli negeri ini.
LEGENDA CANDI RORO JONGGRANG/PRAMBANAN
Candi Roro Jonggrang berada di
daerah Prambanan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi tersebut berada di
lingkup Candi Sewu. Lokasi candi tersebut berada di tepi jalan raya 17 km dari
Yogyakarta menuju Solo. Candi ini menjadi objek wisata andalan bagi kedua kota
tersebut. Komplek candi yang dibangun pada abad 9M ini emiliki 3 bangunan utama
berarsitektur indah setinggi 47 meter.
Terjadinya Candi Roro Jonggrang
Dahulu kala di Pulau Jawa terutama
di daerah Prambanan berdiri dua Kerajaan Hindu, yaitu Kerajaan Pengging dan
Keraton Boko. Kerajaan pengging adalah kerajaan subur dan makmur yang dipimpin
oleh seorang raja yang arif dan bijaksan bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai
seorang putra laki-laki yang bernama Bandung Bondowoso.
Adapun kerajaan Keraton Boko berada
pada wilayah kekuasaan Kerajaan Pengging yang diperintah oleh seorang raja yang
kejam dan angkara murka yang tidak berwujud manusia tetapi berwujud raksasa
besar dan suka makan daging manusia, yang bernama Prabu Boko. Akan tetapi Prabu
Boko mempunyai putri yang cantik jelita bernama Putri Roro Jonggrang. Prabu
Boko juga mempunyai patih yang berwujud raksasa bernama Patih Gupolo.
Pada waktu itu, Prabu Boko ingin
memberontak dan ingin menguasai Kerajaan Pengging. Maka ia mengundang Patih
Gupolo ke keraton untuk membicarakan rencana itu.
“Ada apa gerangan Paduka Prabu
memanggil hamba?” tanya Patih Gupolo.
“Patihku, aku sudah bosan selama ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pengging,”jawab
Prabu Boko.
“Maksud Paduka Prabu?”
“Aku ingin memberontak dan
mendirikan kerajaan sendiri yang terpisah dari kekuasaan lain untuk itu
kumpulkanlah bekal berupa makan dan uang dari rakyat, serta latihlah
pemuda-pemuda kerajaan ini menjadi prajurit untuk berperang melawan Kerajaan
Pengging,” titah Prabu Boko.
“Akan hamba laksanakan Paduka
Prabu,”jawab Patih Gupolo.
Patih Gupolo pun segera melaksanakan
titah Prabu Boko tersebut. Setelah persiapan dirasa sudah cukup, maka
berangkatlah Prabu Boko, Patih Gupolo dan prajurit menuju ke Kerajaan Pengging
untuk memberontak. Maka terjadilah perang di Kerajaan pengging antara prajurit
Pengging dan prajurit Keraton Boko.
Prabu Damar Moyo pun mengutus
anaknya Raden Bandung Bondowoso maju perang melawan Prabu Boko. Terjadilah
perang yang sangat sengit antara Raden Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko.
Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko kalah dan dapat
dibinasakan.
Melihat rajanya tewas maka Patih
Gupolo melarikan diri kembali ke Keraton Boko. Melihat lawannya melarikan diri,
Raden Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupolo hingga ke Keraton Boko. Setelah
sampai di Keraton Boko, Maha Patih Gupolo segera menghadap putri Roro
Jonggrang.
“Patih Gupolo, mengapa paman patih
datang seorang diri? Dimanakah ayahku dan para prajurit kita? Tanya Roro
Jonggrang dengan cemas.”Maafkan hamba Putri, Prabu Boko telah tewas di medan
perang. Beliau tewas di tangan Raden Bandung Bondowoso,” jawab Patih Gupolo
dengan lirih.
“Ayah....,”
tangis Roro Jonggrang.
Berdukalah Roro Jonggrang mendengar
berita itu. Sementar itu Patih Gupolo hanya tertunduk sedih memandang Roro
Jonggrang.
Di pihak lain, sampailah Raden
Bandung Bondowoso di Keraton Boko. Ia langsung menemui Putri Roro Jonggrang
untuk mencari Patih Gupolo. Terkejutlah Raden Bandung Bondowoso melihat Putri
Roro Jonggrang yang cantik jelita. Maka timbul niat Bandung Bondowoso untuk
mempersunting Putri Roro Jonggrang sebagai istrinya.
“Wahai purti yang cantik jelita, aku
berjanji tidak akan mengobrak-abrik keraton ini asalkan kamu mau menjadi
istriku”, ujar Bandung Bondowoso.
“Bandung Bondowoso, sungguh tidak
punya malu kau! Setelah kau membunuh ayahku, aku tidak sudi kau peristri,”
jawab Putri Roro Jonggrang.
“Roro Jonggrang, sekarang kamu
memilih keraton ini aku hancurkan atau kamu mau aku peristri? Pikirkan
masak-masak.”
Putri Roro Jonggrang terdiam. Ia
memikirkan nasib keraton dan seluruh rakyatnya. Jika ia sampai menolak lamaran
Bandung Bondowoso, maka pastilah keraton ini akan dihancurkan. Akhirnya ia
menemukan sebuah siasat untuk menolak pinangan tersebut.
“Baiklah Bandung Bondowoso, akan
kuterima itu asalkan kamu dapat mengabulkan dua permintaanku,”ujar Putri Roro
Jonggrang.
“Coba katakan apa permintaanmu itu,”
jawab Bandung Bondowoso.
“Pertama, aku ingin dibuatkan sebuah
sumur Jala Tunda. Kedua aku ingin kau buatkan 1.000 candi tapi dalam waktu satu
malam saja. Apakah kamu sanggup memenuhinya?” lanjut Putri Roro Jonggrang.
“Hem...cukup berat juga permintaanmu
itu. Tapi baiklah, akan kupenuhi semua keinginanmu. Kapan aku bisa memulainya?”tantang
Bandung Bondowoso.
“Hari ini juga,” ucap Putri Roro
jonggrang.
“Baik, tunggulah di sini. Aku akan
membuatkan sumur Jala Tunda untukmu.”
Setelah mengucapkan janji tersebut,
pergilah Bandung Bondowoso untuk membuat sumur. Setelah sumur itu selesai
dibuat, segera Bandung Bondowoso memanggil Putri Roro Jonggrang untuk melihat
sumur tersebut.
“Bandung Bondowoso, sumur Jala Tunda
telah selesai kamu buat. Tapi aku ingin mengetahui seberapa dalam sumur
tersebut. Turunlah ke bawah dan ukurlah kedalaman sumur itu untukku,”pinta
Putro Roro Jonggrang.
“Baiklah Jonggrang, jika itu
permintaanmu.”
Maka turunlah Bandung Bondowoso ke
dasar sumur tersebut. Setelah sampai ke dasar segera Putri Roro Jonggrang menyuruh
Patih Gupolo untuk menimbun sumur tersebut dengan batu.
Seketika, Bandung Bondowoso pun
tertimbun batu di dalam sumur, dan Putri Roro Jonggrang dan Patih Gupolo
menganggap bahwa Raden Bandung telah mati di dalam sumur. Akan tetapi di dalam
sumur ternyata Bandung Bondowoso belum mati. Maka ia bersemedi untuk dapat
keluar dari sumur dengan selamat.
Setelah dapat keluar dari dasar
sumur itu, Bandung Bondowoso kembali menemui Roro Jonggrang dengan marah besar.
Tetapi karena melihat kecantikan Putri Roro Jonggrang kemarahan Bandung
Bondowoso menjadi mereda. Kemudian Putri Roro Jonggrang menagih janji Bandung
Bondowoso untuk membuatkan 1000 candi dalam satu malam.
“Bandung Bondowoso, aku menagih
janjimu padaku untuk membuatkanku 1.000 candi dalam satu malam,” tagih Putri
Roro Jonggrang.
“Akan kupenuhi janjiku, Jonggrang.
Tapi jangan kau mengingkari janji yang telah kau ucapkan padaku.”
“Baiklah, akan kutepati janji yang
telah kuucapkan padamu,” ucap Putri Roro Jonggrang.
Maka segeralah Bandung Bondowoso
berangkat ke tanah lapang untuk menbuat candi yang telah dijanjikannya. Ia
meminta bantuan para jin untuk membuatnya. Akan tetapi di lain pihak Putri Roro
jonggrang ingin menggagalkan usaha Bandung membuat candi.
Waktu pun berlalu, candi-candi yang
dibangun Bandung Bondowoso telah tegak berdiri. Melihat hal tersebut paniklah
Putri Roro Jonggrang. Ia segera meminta Patih Gupolo untuk membangunkan
gadis-gadis di sekitar Prambanan. Ia juga meminta agar ayam-ayam jago
dikeluarkan dari kandangnya. Kemudian ia memerintahkan para gadis tersebut
untuk menumbuk padi dan membakar jerami
supaya kelihatan bahwa pagi sudah tiba dan ayam pun berkokok bergantian.
Mendengar ayam berkokok dan orang
menumbuk padi serta di Timur kelihatan terang maka para jin berhenti membuat
candi.
“Hai apa-apaan ini! Apa yang telah
kau lakukan Jonggrang. Ini belumlah pagi. Tapi mengapa ayam-ayam telah berkokok?”
Seru Bandung Bondowoso murka.
Maka dipanggillah Putri Roro
Jonggrang disuruh menghitung jumlah candi yang dibuat dan ternyata jumlahnya
baru 999 candi. Jadi yang belum selesai, tinggal satu candi lagi.
“Maafkan aku Bandung Bondowoso, kamu
tidaka dapat memenuhi janjimu padaku. Candi ini baru berjumlah 999 buah. Masih
kurang satu candi lagi yang harus kau selesaikan. Maka aku tidak mau kau
persunting.”
“Ini semua pasti ulahmu Jonggrang.
Kamu telah menipu dan mempermainkanku. Sebagai balasan, kukutuk kau menjadi
candi agar genap jumlah candi itu menjadi 1.000. Kukutuk juga para gadis
sekitar Prambanan ini menjadi kasep
(perawan tua),” seru Bandung Bondowoso murka.
Dan segera Putri Roro Jonggrang
berubah wujudnya menjadi arca patung batu. Maka genaplah jumlah candi itu
menjadi 1.000 buah. Kompleks candi itu biasa disebut sebagai Candi Sewu atau
Candi Prambanan. Sampai sekarng arca patung Roro Jonggrang dapat kita temukan
disana.
Sumber : Ristanti, Widya. 2007. Mengenal
Cerita-Cerita Legenda di Tanah Jawa. Surakarta: Teguh Karya.
Semoga pengetahuan tentang legenda tersebut bermanfaat, menambah wawasan, serta mencintai budaya asli Indonesia tercinta ini.
http://adfoc.us/3746451
Semoga pengetahuan tentang legenda tersebut bermanfaat, menambah wawasan, serta mencintai budaya asli Indonesia tercinta ini.
http://adfoc.us/3746451
Tidak ada komentar:
Posting Komentar