Kabupaten
Banyuwangi merupakan bagian paling Timur dari Wilayah Provinsi Jawa Timur. Di
sebelah Utara Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan Kabupaten Situbondo. Di
sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali. Di sebelah Selatan berbatasan
dengan Samudra Indonesia. Adapun di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Jember dan Bondowoso. Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian 0-1000 meter
di atas permukaan laut. Luas Kabupaten Banyuwangi sekitar 578.250 ha atau
5.782,50 km2.
travel.detik.com |
Terjadinya Kota Banyuwangi
Di Kerajaan Sindureja, hiduplah
seorang Raja Sidareja dan seorang patih yang amat setia. Ia bernama Patih
Sidapaksa. Selain setia pada raja, Patih Sidapaksa, ia juga pemberani dan amat
terampil memainkan berbagai peralatan perang. Oleh karena itu, Raja Sidareja
sangat mempercayai patih tersebut.
Suatu hari Raja Sidareja sedang
bermuram durja. Permaisurinya sedang mengidam daging rusa muda. Ia merasa
kebingungan mencari daging rusa muda tersebut. Maka dipanggillah Patih
Sidapaksa untuk membantunya mencari daging rusa muda.
Pagi-pagi benar sebelum matahari
terbit, berangkatlah Patih Sidapaksa masuk ke dalam hutan. Ia berangkat sendiri
tanpa didampingi seorang pengawal pun. Diawasinya segala gerakan yang terjadi
di dalam hutan dengan mata tajam. Tiba-tiba ia melihat sesuatu bergerak di
kejauhan. Ia menduga bahwa yang bergerak itu seekor rusa muda. Segera ditariknya
busur yang telah siap ditangannya. Dibidiknya benda yang bergerak itu dengan
matanya yang telah terlatih untuk membidik musuh. Dalam sekali tarikan,
dilepaskannya anak panah, dan “jlep” terdengar suara anak panah menancap.
Segera dihampirinya sasaran anak
panahnya itu. Seketika itu, kecewalah Patih Sidapaksa karena ternyata anak
panahnya bukan mengenai rusa.
“Ah hanya daun paku terkena semilir
angin saja yang merasakan panahku. Huh, tak kusangka, mencari rusa muda saja
begitu susah! Coba kalau aku pergi ke arah sebaliknya. Sepertinya aku melihat
beberapa pondok disana,” kata Patih Sidapaksa.
Karena merasa jenuh dan kecewa, ia
menuju ke sebuah desa terpencil di tengah hutan. Di desa itu sepi, namun
bersih. Saat menuju ke desa itu, Patih Sidapaksa tak menyangka ia melihat
seorang gadis yang amat cantik. Ia begitu terpesona. Untuk beberapa saat, ia
tidak berbuat apa-apa. Ketika sadar, barulah ia mengejarnya.
“Tuan mencari siapa?” tanya Sri
Tanjung.
“Hah?” ujat Patih Sidapaksa
terkejut.
“Aa.. aaku hanya ingin mencari
seekor rusa muda, putri cantik. Tap.. tapi sudah sore begini aku tidak juga
bisa menangkap satu pun rusa muda,” kata Patih Sidapaksa.
“Tuan mencari seekor rusa muda?”
tanya Sri Tanjung.
“Be..benar putri cantik,” jawab
Patih Sidapaksa.
“Namaku Sri Tanjung. Saya anak Ki
Buyut Kancur yang tinggal di desa terpencil ini. Hari sudah sore begini, pasti
rusa-rusa muda sudah menyelinap masuk ke dalam sarangnya,” kata Sri Tanjung.
“Namaku Sidapaksa, Sri Tanjung.
Kalau begitu, aku akan menginap di hutan ini saja untuk melanjutkan pencarian
esok hari,” kata Patih Sidapaksa memperkenalkan dirinya.
“Oh, ...jangan, jangan. Banyak
binatang buas disini. Menginaplah di pondok ayahku. Pondoknya tak jauh dari
sini,”kata Sri Tanjung ramah.
“Oh...terimakasih Sri Tanjung,”
jawab Patih Sidapaksa.
Malam
itu, Patih Sidapaksa menginap di pondok Ki Buyut Kancur, ayah Sri Tanjung. Tapi,
ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Semalaman yang ia pikirkan hanyalah wajah
Sri Tanjung. Timbul niatnya untuk memperistri gadis cantik itu.
Pagi
harinya, Patih Sidapaksa segera mengutarakan niatnya untuk melamar Sri Tanjung
pada Ki Buyut Kancur.
Tanpa
disangka-sangka, ternyata Ki Buyut Kancur menerima lamaran Patih Sidapaksa.
Pernikahan pun segera dilangsungkan secara sederhana.
Selama
beberapa hari menginap di rumah Ki Buyut Kancur, ia tetap menjalankan tugas
yang diberikan padanya.
Setiap
hari ia mencari rusa muda untuk diambil dagingnya. Akhirnya ia berhasil memanah
seekor rusa muda pada saat rusa itu tengah melintas di tempat persembunyian
Patih Sidapaksa.
Setelah
berhasil memanah rusa tersebut, patih Sidapaksa segera memutuskan kembali ke
kerajaan. Tak lupa ia mengajak serta istrinya untuk hidup di kerajaan. Berbekal
restu dari Ki Buyut Kancur, mereka berangkat menuju kerajaan untuk
memperlihatkan hasil buruan.
Patih
Sidapaksa dan Sri Tanjung pun kembali ke Kerajaan Sindureja. Mereka membawa
daging rusa muda. Raja Sidareja benar-benar gembira. Namun, begitu melihat
kecantikan Sri Tanjung, istri patihnya, muncullah sifat dengkinya. Ia merasa
iri akan keberuntungan patihnya yang telah memperoleh seorang istri yang cantik
jelita. Timbullah keinginannya untuk merebut istri patinya tersebut.
“Aku
benar-benar gembira, patih. Kau benar-benar patihku yang tangguh. Dan kau pun
tidak sekedar menuai buruan, istrimu eee... siapa namanya?” kara raja Sidareja.
“Sri
Tanjung, Baginda,” jawab Patih Sidapaksa.
“Kau
benar-benar beruntung. Istrimu sungguh cantik,” kata Raja Sidareja.
“Terimakasih
Baginda...,” jawab Patih Sidapaksa.
“Akan
tetapi, Patih. Masih ada satu tugas lagi yang harus kau kerjakan untukku. Kau
harus mencari tiga lingkaran emas dan tiga gulung janggut putih. Dua benda
ajaib itu amat penting agar kerajaan ini kuat,” kata Raja Sidareja.
“Em.....baiklah
Baginda. Hamba akan pergi ke Negeri Indran seorang diri. Hamba titip istri
hamba pada Baginda. Tolong jaga istri saya selama saya pergi,” ujar Patih
Sidapaksa.
“Ya,
patihku. Akan kulaksanakan pesanmu dengan sebaik-baiknya,” janji Raja Sidareja
sambil tersenyum licik.
“Baiklah
Baginda, hamba mohon pamit,” kata Patih Sidapaksa.
“Ya..,”
ujar Raja Sidareja singkat.
Raja
Sidareja memang sengaja menugaskan patihnya untuk pergi ke Negeri Indran.
Karena negeri itu dikenal sebagai negeri jin yang angker. Bahkan menurut
desas-desus, siapapun yang datang ke negeri itu pasti tidak kembali. Hal itu
memang siasat agar Raja Sidareja bisa merebut Sri Tanjung, istri Patihny.
Patih
Sidapaksa pergi ke Negeri Indran dengan gagah berani. Di dalam dada Patih
Sidapaksa sebenarnya ada rasa bangga. Apalagi bila tiga lingkaran emas dan
janggut ajaib itu berhasil menyelamatkan kerajaanya.
Akhirnya,
pada hari keempat puluh, sampailah ia di Negeri Indran. Ternyata Negeri Indran
juah dari bayangan angker. Negeri Indran sangat indah. Raja dan penduduknya
sangat ramah. Bahkan Raja Negeri Indran membantu Patih Sidapaksa untuk membawa
dua benda ajaib yang menjadi tugasnya. Patih Sidapaksa pun kembali ke kerajaan
dengan penuh semangat.
Sesampainya
di istana, ia langsung menghadap raja untuk memberitahukan keberhasilannya.
Rakyat Sidareja yang mendengar keberhasilan Patih Sidapaksa bersorak-sorai dan
menyambut kedatangan patih di gerbang kotaraja. Akan tetapi, tidak semua warga
Sidareja gembira. Raja Sidareja tidak senang melihat patihnya berhasil.
“Ugh..!
bagaimana bisa patihku berhasil? Negeri Indran itu kan sangat angker. Kalau
begini, Sri Tanjung, tidak bisa kurebut,” kata Raja Sidareja.
Raja
yang licik itu tidak kehilangan akal. Ia pun memfitnah bahwa Sri Tanjung telah
merayunya untuk mendapatkan hartanya. Dan gawatnya Patih Sidapaksa benar-benar
mempercayai apa yang dikatakan raja.
“Adinda,.
Apakah benar kau bermaksud menjadi istri raja? Apa benar kata rajaku itu?”
tanya Patih Sidapaksa.
“Hiks...hiks`...itu
tidak benar, Kanda,” ujar Sri Tanjung sambil menangis. “Jika Kanda tidak
percaya, bunuhlah ragaku ini dan buanglah mayat adinda ke sungai. Jika ternyata
bau air sungai itu amis, itu menandakan adinda bersalah. Tapi, jika air itu
berbau wangi, itu pertanda adinda suci dan perkataan adinda benar adanya,”
jawab Sri Tanjung sambil menangis.
Namun,
Patih Sidapaksa tidak mendengarkan perkataan. Ia menghunuskan pedangnya
sehingga istrinya tersebut gugur di tangannya. Sesuai dengan permintaan
istrinya, jenazah tersebut dibuang ke sungai.
“Huh..
kenap kau begitu tega denganku. Ini ulahmu sendiri. Tapi..uh.., bau apa ini?
Darimana bau harum ini? Air sungai ini...air sungai ini.. begitu harum..,” kata
Patih Sidapaksa terkejut.
Sri
Tanjung memang tidak pernah membohongi suaminya. Tapi, nasi sudah menjadi
bubur. Patih telah membunuh dam membuang jenazah istrinya ke sungai.
“Banyuwangi,
banyuwangi, banyuwangiiiiii..” teriak Patih Sidapaksa.
Sejak
saat itu Patih Sidapaksa menyesal dan terus berteriak banyuwangi. Banyuwangi
berarti air yang wangi.
Sumber: Ristanti, Widya. 2007. Mengenal
Cerita-Cerita Legenda di Tanah Jawa. Surakarta: Teguh Karya.
Semoga
pengetahuan tentang legenda tersebut bermanfaat, menambah wawasan, serta
mencintai budaya asli Indonesia tercinta ini.
Related Pos:
Asal-usul|Legenda Candi Roro Jonggrang /Prambanan
https://hastarika.blogspot.co.id/2016/08/legenda-candi-roro-jonggrang-prambanan.html
Related Pos:
Asal-usul|Legenda Candi Roro Jonggrang /Prambanan
https://hastarika.blogspot.co.id/2016/08/legenda-candi-roro-jonggrang-prambanan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar